Rabu, 23 Juni 2010

Panorama Cipanas

(www.indo-startrek.org) - Istana Presiden Cipanas
(http://4.bp.blogspot.com/) - Taman Bunga Nusantara
Bowo Rudianto (http://citizenimages.kompas.com)- Pemukiman Rambah Pegunungan
(www.flickr.com)- Transportasi Cipanas




Sumber Gambar:

http://www.indo-startrek.org/forum/viewtopic.php?t=216

https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEglpEjV5f4mmXyW9XX3gWzUDjJSH56AoX-yjGZJx6Lwuc9b05IOy75NVItGBXnDOOn4WOypqY1WmkZRhjOCry2vcLKzlaiY31Hy4rnG3jUZ5iAHeCF6pqSLzFger8Hetnstijh_XINwRmup/s1600-h/cipanas+cianjur

http://citizenimages.kompas.com/citizen/2009/07/31/merambah-pegunungan-29400

http://www.flickr.com/photos/leoroubos/2146415151/

Peta Cipanas


View Larger Map

Menikmati Taman Herbal di Istana Cipanas


Istana Kepresidenan Cipanas yang terletak di Cipanas Cianjur menambah satu lagi fasilitas yang dapat dinikmati oleh masyarakat bila berkunjung ke Istana yang mulai dibangun pada 1740 tersebut.

Cipanas (Finroll) - Taman yang diberi nama Taman Herbalia oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono itu selain merupakan fasilitas terbaru dan menarik bagi kunjungan wisata juga merupakan sarana penelitian dan budidaya tanaman-tanaman yang memiliki khasiat sebagai pengobatan.

"Penanaman herbalia di sini sesuai dengan keinginan Presiden pada 2008 yaitu jamu sebagai tuan rumah di negeri sendiri. Juga sebagai upaya melestarikan kekayaan natural dan sebagai wisata herbal," kata Anggota tim dokter Kepresidenan dr Hardhi Pranata Sps.

Hardhi, yang juga Ketua Perhimpunan Dokter Herbal Indonesia menyatakan langkah mengembangkan taman herbal juga berangkat dari anjuran Menteri Kesehatan pada 6 Januari yang mendorong para dokter mau memakai jamu dalam pengobatannya.

Taman Herbalia seluas 2.600 meter persegi yang berada di sisi timur istana tersebut memiliki 207 jenis tanaman herbal yang merupakan percontohan bagi pengembangan tanaman tersebut di dalam negeri.

Nama Herbalia sendiri, menurut Ibu Negara Ani Yudhoyono merupakan nama yang dipilih oleh Presiden Yudhoyono bagi taman baru di Istana tersebut. Herbalia, kata Ani berasal dari kata Herbal atau tanaman yang memiliki khasiat pengobatan.

Pemberian nama itu, menurut Ibu Negara dilakukan oleh Presiden saat berada di dalam pesawat yang membawa rombongan kepresidenan pulang dari kunjungan kerja di Jawa Timur awal April menuju Bandara Halim Perdanakusuma Jakarta.

"Saat ditanyakan nama yang tepat, Bapak Presiden kemudian memikirkan beberapa saat dan menamakan Taman Herbalia," kata Ani di depan istri anggota kabinet Indonesia Bersatu II di Istana Cipanas.

Data dari situs resmi Sekretariat Negara menjelaskan Istana Kepresidenan Cipanas terletak di Desa Cipanas, Kecamatan Pacet, Kabupaten Cianjur, kaki Gunung Gede, Jawa Barat.

Dibangun oleh seorang tuan tanah asal Belanda bernama Van Heots, pada ketinggian 1.100 meter dari permukaan laut, di atas areal lebih kurang 26 hektar dengan luas bangunan sekitar 7.760 meter persegi.

Pada tahun 1916, masa pemerintahan Hindia Belanda di bangun tiga bangunan dengan nama Paviliun Yudistira, Paviliun Bima dan Paviliun Arjuna. Pada tahun 1954, di masa Presiden I Republik Indonesia Ir. Soekarno, didirikan sebuah gedung berhiasan batu bertentuk bentol.

Dalam areal hutan istana, hingga tahun 2001, menurut Katalog yang disusun secara alfabetis terbitan Istana Kepresidenan berkerja sama LIPI tercatat sebanyak 1.334 spesimen, 171 spesies, 132 marga, serta 61 suku. Selain dengan lingkungan yang asri istana ini juga dialiri air panas. sebagai tempat peristirahatan dan persinggahan Presiden dan Wakil Presiden beserta keluarganya, para kepala negara tetangga yang berkunjung ke Indonesia. Pada tahun 1971, Ratu Yuliana meluangkan waktunya untuk singgah.

Presiden Yudhoyono sendiri, seperti Presiden Republik Indonesia yang lainnya tentu meninggalkan kenang-kenangan semasa masa jabatannya. Bila Bung Karno meninggalkan kenang-kenangan berupa gedung bentol, Presiden Soeharto meninggalkan kenangan berupa beberapa benda yang erat dengan cerita pewayangan dan wayang kulit maka Presiden Yudhoyono mewariskan kenangan Taman Herbalia yang kelak akan dikenang oleh penerusnya.

Tak sekadar kenangan

Meski akan menjadi bagian yang tak terpisahkan dari Istana Cipanas, namun Taman Herbalia tak sekadar akan menjadi kenang-kenangan semasa pemerintahan Presiden Yudhoyono. Taman yang memiliki koleksi 207 tanaman berkhasiat untuk obat itu akan terus dikembangkan dan menambah koleksi setidaknya menjadi 400 jenis pada 2010 ini.

Menurut Kepala Pusat Studi Biofarmaka Institut Pertanian Bogor DR Latifah K Darusman, Taman Herbalia Istana Cipanas akan dikembangkan menjadi pusat percontohan pengembangan tanaman untuk obat, salah satunya meningkatkan koleksi dari 207 jenis menjadi 470 jenis.

Hardhi maupun Latifah sepakat bahwa di masa mendatang perlu keterlibatan produsen obat-obatan untuk memproduksi obat berbahan tumbuhan yang relatif tidak memiliki efek samping terutama bila dikonsumsi dalam waktu panjang.

"Kami kira nanti trendnya demikian, herbal ini `multi compound` dan bisa saling melengkapi untuk pengobatan baik penyakit regenaratif seperti kanker dan juga untuk menjaga kesehatan. Ini bisa untuk promotif meningkatkan kesehatan, preventif juga ada, serta kuratif tentunya," tegas Hardhi.

Ia menjelaskan di Eropa maupun di Amerika Serikat tren penggunaan tanaman sebagai bahan racikan obat terus meningkat, bahkan ada obat untuk kanker produksi luar negeri yang menggunakan bahan temulawak asal Indonesia, meski demikian masih banyak kalangan dalam negeri yang tidak mengetahui hal itu.

Peningkatan penggunaan tanaman berpotensi sebagai bahan obat di Indonesia, katanya, memerlukan kerjasama dan pemahaman semua pihak atas potensi yang dimiliki di dalam negeri.

"Kami mengajak dunia farmasi untuk mulai gunakan herbal, karena herbal yang terstandar ini potensinya besar," katanya.

Hardhi menambahkan pengembangan tanaman untuk obat-obatan di Indonesia memiliki potensi yang besar mengingat setidaknya ada sekitar 4.000 jenis tanaman yang dianggap memiliki khasiat untuk pengobatan.

"Secara empiris , jamu ratusan tahun dipakai oleh masyarakat, saat ini sudah 18 herbal yang lulus standar uji klinis, lima jenis masih proses. Presiden (Susilo Bambang Yudhoyono, red) ingin ada percepatan. Ini memerlukan sinergi antara Kementerian Kesehatan, Badan POM, Kementerian Pertanian dan pihak lainnya," katanya.

Ia menambahkan dalam waktu dekat untuk meningkatkan kompetensi dokter dalam penggunaan obat-obatan berbahan herbal, akan diresmikan program studi magister pengobatan herbal di Universitas Indonesia.

Menurut Hardhi, langkah mengembangkan taman herbal, berangkat juga dari anjuran Menteri Kesehatan Endang Rahayu Sedyaningsih pada 6 Januari 2010 yang mendorong para dokter mau memakai jamu dalam pengobatannya.

Kembangkan dan patenkan

Ibu Negara Ani Yudhoyono meminta agar penggunaan tanaman yang memiliki khasiat pengobatan terus dipelihara sebagai bagian dari penghormatan kearifan lokal yang berguna bagi peningkatan kualitas keluarga Indonesia.

"Kebijakan ini hampir kita tinggalkan, sekarang kita cari praktisnya saja, padahal kita punya lokal wisdom, dan bila dikembangkan dengan baik bisa ada nilai ekonomis," kata Ani Yudhoyono.

Ia menambahkan,"dulu ibu saya mengajarkan minum jamu galian singset, kunyit asam, ada rasa manisnya, ada pula brotowali. Ini semua adalah kekayaan alam kita. Indonesia dikenal sebagai mega biodiversity."

Ibu Negara meminta agar pengembangan ini betul-betul dilakukan sehingga tidak menutup kemungkinan temuan-temuan obat dari tumbuhan ini bisa dipatenkan atas nama Indonesia.

Ani mengatakan hingga saat ini ia masih menggunakan lidah buaya untuk perawatan rambutnya dan hasilnya cukup memuaskan.

Bahkan puteri dari Jenderal Sarwo Edhi Wibowo itu mengatakan memiliki pengalaman menarik saat menggunakan tanaman herbal sebaga obat di lingkungan keluarganya.

"Dulu ketika masih kecil anak pertama kami suka menghisap bibir. Kami mencari bagaimana agar kebiasaan hilang, ternyata jawabannya menggunakan Brotowali dioleskan ke bibir dan karena pahit maka tidak menghisap bibir lagi," katanya yang kemudian diikuti tawa para peserta yang hadir.

Tak hanya memanfaatkan khasiat tanaman yang bisa menjadi obat, bahkan hingga saat ini Ani mengaku masih menggunakan lidah buaya untuk merawat rambutnya.

"Sampai saat ini saya masih menggunakan kearifan lokal itu. Misalkan untuk perawatan rambut. Sampai sekarang lidah buaya masih saya pakai sepanjang rajin dan sabar, Alhamdulillah anak rambut tumbuh kembali," katanya.



Sumber :
http://leisure.id.finroll.com/component/content/article/15-tujuan-utama/6402-menikmati-taman-herbal-di-istana-cipanas.html

Taman Bunga Nusantara Cipanas



Taman Bunga Nusantara (TBN) banyak memiliki beragam koleksi bunga yang indah dan segar, mulai dari tanaman untuk iklim tropis maupun untuk iklim dingin, bahkan tidak hanya bunga yang berasal dari Indonesia, bunga yang berasal dari seluruh dunia pun ada. Selain menyegarkan mata, kita juga akan mendapatkan banyak wawasan baru mengenai bunga.

TBN terletak di Desa Kawung-luwuk Kecamatan Sukaresmi Cipanas-Cianjur, dengan luas lahan 35 hektar, Taman Bunga Nusantara menyajikan keindahan dan pesona bunga serta alam yang tertata apik. Berdiri sejak 10 tahun silam tepatnya pada tanggal 10 September 1995, taman display pertama di Indonesia ini dilengkapi dengan berbagai koleksi tanaman bunga yang terkenal dan unik di seluruh dunia.

Untuk menuju ke TBN, waktu yang bisa ditempuh dari Jakarta lebih kurang 2 sampai 3 jam. Melalui jalan raya puncak, sampai melewati puncak pass, dan belok kiri ke arah Perumahan Kota Bunga. Dari persimpangan ini jaraknya hanya 9 km.

Saat memasuki pintu utama kita langsung disuguhi keindahan tanaman bunga yang dibentuk menyerupai burung merak. Pada ekornya disusun berbagai jenis tanaman bunga beraneka warna, burung merak ini memiliki daya tarik tersendiri untuk dilihat. Tidak jauh dari burung merak terdapat jam raksasa yang disusun pula dari berbagai jenis tanaman bunga. Jangan dikira jam raksasa ini hanya pajangan belaka ternyata jam ini bergerak dan berdentang setiap jam.

Selain sebagai sarana rekreasi TBN juga dipakai sebagai kebun percobaan dengan berbagai jenis bunga dan tanaman tertentu yang berasal dari daerah subtropis dan negara-negara beriklim dingin di Eropa, Amerika, dan Australia. Ada berbagai macam taman khusus yang ditampilkan di TBN, mulai dari taman air, taman mawar, taman Perancis, taman rahasia (labirynth), taman bali, taman mediterania, taman palem, dan taman gaya Jepang.

Ditunjang pula dengan fasilitas seperti rumah kaca, danau angsa, rafflesia mini theater, gazebo, alam imajinasi, lokasi piknik, amphitheater (panggung terapung) kereta datto, mobil wira-wiri, menara pandang, poliklinik, nany’s galleria dan penunjang lain bagi anda yang ingin mengadakan acara di halaman rumput yang luas. Apabila Anda datang ke Taman Bunga Nusantara, Anda akan memiliki sejuta kenangan akan keindahan keanekaragaman tanaman bunga yang tidak bisa dijumpai di tempat lain. (IP)


Sumber :
http://www.puncakview.com/TBN.htm

Sumber Gambar:
http://genasik.telkomsel.com/genasik/web/uploads/Taman%20Bunga%20Nusantara.jpg

http://www.puncakview.com/TBN.htm

Cianjur Akan Dimekarkan

DPRD Kabupaten Cianjur, Rabu (5/3), mulai membahas usulan pemekaran Kabupaten Cianjur, Jawa Barat, menjadi tiga wilayah. Yakni, Kabupaten Cianjur, Kabupaten Cianjur Selatan, dan Kota Cipanas.

"Ya karena begitu kuatnya desakan dan keinginan masyarakat terhadap dibentuknya Kota Cipanas dan kabupaten Cianjur Selatan untuk memisahkan diri dari Kabupaten Cianjur," kata Khumaedi Dimyati, Wakil Ketua DPRD Kabupaten Cianjur, Rabu (5/3).

Karena itu, DPRD Kabupaten Cianjur tealah membentuk Panitia Musyawarah (Panmus). Panmus akan mengkaji lebih dalam tentang aspirasi yang disampaikan masyarakat terkait pemekaran wilayah selama ini.

Pernyataan senada dikemukakan Ketua Komisi III DPRD Kabupaten Cianjur, Rudy Syachdiar Hidayath. Menurutnya, aspirasi warga masyarakat terkait pemekaran wilayah Kabupaten Cianjur patut mendapat respons DPRD.

" Soalnya bila dibiarkan akan menjadi preseden buruk bagi DPRD di mata masyarakat, " kata Rudy kepada wartawan.

Hasil pembicaraan Panmus, menurut Rudy, akan diserahkan kepada kepala daerah untuk direkomendasikan kepada Mendagri Mardiyanto di Jakarta.

"Nanti tergantung kepada bupati, mau atau tidak, merekomendasikannya ke Mendagri, " tegasnya.

Menurut Rudy, DPRD pun akan selalu mendorong dan proaktif mengenai desakan keinginan masyarakat untuk pamekaran Kabupaten Cianjur dengan dibentuknya Kota Cipanas. Setelah hasil Panmus diserahkan kepada kepala daerah, DPRD bisa membuat perda (peraturan daerah) tentang pemekaran Kabupaten Cianjur.

"Nantinya kepala daerah harus juga mendorong membantu pengadaan fasilitas perkantoran dan anggaran. Jangan sampai seperti Kabupaten Bandung Barat, harus menyewa kantor. Jadi Cianjur harus siap, dan kami pun di DPRD akan membahas anggaran yang dibutuhkan untuk pemerintahan hasil pemekaran," jelasnya.

Selain pembentukan Kota Cipanas, menurut Rudy, jauh sebelumnya sudah ada keinginan, bahkan sudah direkomendasikan kepada Mendagri mengenai pembentukan Kabupaten Sukangara, Cianjur Selatan.

"Setelah dikaji dibandingkan dengan Kabupaten Sukangara, lebih memungkinkan pemekaran Kabupaten Cianjur dengan pembentukan Kota Cipanas. Terutama menyangkut beberapa persyaratan yang telah dimiliki oleh Cipanas, " ungkap Rudy.

Dicontohkan beberapa persyaratan yang telah dimiliki oleh Cipanas. Selain jumlah penduduk dari lima wilayah kecamatan, seperti Kecamatan Cipanas, Pacet, Cugenang, Sukaresmi dan Cikalongkulon, juga telah memiliki rumah sakit tetap, pasar tetap.

Di samping pamekaran kabupaten, beberapa kecamatan di Kabupaten Cianjur yang dilihat dari segi jumlah penduduk banyak yang harus segera dimekarkan. Di antaranya, Kecamatan Karangtengah dan Kecamatan Cibeber. Sementara yang dimekarkan tahun ini adalah Kecamatan Bojongpicung dan Kecamatan Ciranjang.

"Pemekaran kabupaten dan pemekaran kecamatan itu harus dilihat sebagai upaya untuk mendekatkan pelayanan kepada masyarakat dan mempercepat proses pembangunan dalam berbagai sektor Sehingga nantinya dapat terwujudnya cita-cita pembangunan untuk kesejahteraan rakyat," katanya. [*/R2]


Sumber:
http://www.inilah.com/berita/politik/2008/03/05/15657/cianjur-akan-dimekarkan/
5 Maret 2008

DPRD Cianjur Bentuk Pansus Pemekaran Kota Cipanas

Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Cianjur mulai membentuk Panitia Khusus (Pansus) Pemekaran Kota Cipanas dari Kabupaten Cianjur, Jawa Barat. Pansus yang beranggotakan 12 orang legislator dari berbagai fraksi itu sudah mulai bekerja dengan membahas beberapa rancangan yang ada dalam draf pemekaran itu. Kendati demikian, belum diputuskan siapa yang menjadi Ketua Pansus tersebut.

Anggota Pansus dari Fraksi Partai Bulan Bintang, Moch. Toha, mengatakan Pansus tersebut bertugas mengkaji aspirasi masyarakat di lima kecamatan, yakni Kecamatan Cipanas, Pacet, Cugenang, Sukaresmi, dan Cikalongkulon yang mengajukan pemekaran wilayah.

"Salah satu tugas pansus antara lain mengkaji aspek normatif, mengecek sejauh mana keinginan menjadikan Cipanas sebagai kota itu memang aspirasi murni masyarakat atau hanya sekedar keinginan segelintir orang," ujar Moch. Toha, Kamis (13/3).

Selain itu, Pansus juga akan mempelajari atau melakukan studi banding ke daerah lain yang telah melakukan pemekaran. Tidak hanya itu, kata Toha, Pansus pun akan melakukan pengecekan ke pemerintah pusat. "Dari hasil semua itu, nanti akan muncul rekomendasi apakah Cipanas layak dimekarkan atau tidak," paparnya.

Ketua DPRD Kabupaten Cianjur, Ade Barkah Surahman, yang tercatat sebagai warga Cipanas secara terpisah mengatakan hasil rekomendasi Pansus akan disampaikan kepada Bupati Cianjur. "Apakah rekomendasi hasil kajian Pansus tersebut disetujui atau tidak oleh Bupati, itu kewenangannya. Pansus tidak bisa ikut campur lagi jika telah mengeluarkan rekomendasi dari hasil kajian yang telah dilakukan," kata Ade Barkah.

Dedih Satria Priatna, salah seorang tokoh masyarakat Cipanas, mengatakan apa yang diputuskan DPRD Kabupaten Cianjur dengan membentuk Pansus Pemekaran Cipanas merupakan hal yang positif serta sebuah kemajuan dalam menampung aspirasi masyarakat. Namun, menurut Dedih, pihaknya juga mengingatkan Dewan jangan sampai langsung merespon dengan mengatasnamakan masyarakat semata.

"Kalau Pansus itu dibentuk dengan alasan aspirasi masyarakat, harus dilihat masyarakat mana dulu. Jangan sampai menjadi bumerang bagi Dewan. Sebab, tidak menutup kemungkinan yang mengatasnamakan masyarakat itu ternyata hanya segelintir orang yang mempunyai agenda kepentingan lain," kata Dedih, saat dihubungi terpisah melalui telepon.

DEDEN ABDUL AZIZ

Sumber:
http://www.tempo.co.id/hg/nusa/jawamadura/2008/03/13/brk,20080313-119170,id.html
13 maret 2008
DEDEN ABDUL AZIZ

Villa Kota Bunga, Puncak Cipanas

Kota Wisata Cipanas Semrawut

Kemacetan lalu lintas di seputar kota wisata Cipanas, Cianjur, Jawa Barat (Jabar), sudah menjadi rutinitas sehari-hari. Selain banyak kendaraan angkutan umum berderet parkir di sepanjang jalan juga keberadaan pedagang kaki lima yang berjualan di sempadan jalan semakin menambah kesemrawutan.

Keadaan seperti itu. dikeluhkan warga masyarakat karena merasa tidak nyaman, sangat mengganggu aktivitas warga yang seringkali terjebak kemacetan arus lalu lintas, diantaranya kemacetan di sepanjang Jalan Lambou arah menuju Kantor Kecamatan Cipanas dan Kantor Desa Cipanas .

"Kemacetan di sini sudah menjadi santapan sehari-hari, angkutan umum dengan seenaknya menunggu penumpang di sembarang tempat, memarkirkan kendaraan hingga berderet Ranjang memenuhi badan jalan. Orang mau lewat pun susah, ditambah kondisi jalan yang rusak," keluh Asep, 42 salah seorang warga kota yang berhawa sejuk ini.

Sedangkan. Dadang. 30. salah seorang pengemudi angkutan umum trayek Cipanas-Loji mengungkapkan, pihaknya bersama pengemudi lainnya terpaksa memarkikan kendaraan di sepanjang jalan tersebut, karena saat ini di kota Cipanas tidak ada terminal tempat menunggu calon penumpang, karena terminal yang ada dipenuhi oleh kios-kios pedagang.

Salah seorang petugas polisi lalu lintas di Pos 55 (Polsek-tap) Clmacan, menyatakan, kemacetan terjadi disebabkan angkutan umum yang beroperasi mencari calon penumpang banyak yang berhenti menunggu calon penumpang di sepanjang jalan.

Camat Cipanas. M.Yeyen Rohyanda VVargadisastra, BA. menyatakan, terminal Cipanas untuk sementara memang dipergunakan untuk menampung para pedagang atau dialih fungsikan sebelum Pasar Cipanas selesai dibangun. "Jika pembangunan Pasar Cipanas, sudah selesai terminal kembali akan difungsikan sebagaimana mestinya." ujar Ycyen.

Meskipun begitu, kata Yeyen. agar tidak terlalu semrawut dan terjadinya kemacetan yang sangat fatal, memang perlu dilakukan penertiban oleh dinas terkait. Paling tidak, pada saat memarkir kendaraan dapat berlangsung dengan tertib, tidak seenaknya parkir sembarang, dan berlapis-lapis sehingga menutup jalan dan terjadi kemacetan,
(ck-53)


Sumber :
Pelita, dalam :
http://bataviase.co.id/node/117802
4 Maret 2010

Keinginan Pembentukan Kota Cipanas Kian Bergulir

Isu sekitar program pemisahan lima kecamatan di kawasan puncak dari Kabupaten Cianjur dengan membentuk pemerintahan yang bernama Kota Cipanas, hanyalah keinginan segelintir orang di daerah Cianjur demi kepentingan pribadi dan kelompok tertentu. Demikian diungkapkan Bupati Cianjur Drs H Tjetjep Muchtar Soleh menanggapi adanya keinginan sekelompok orang yang ingin memisahkan diri dari Kabupaten Cianjur.

Menurut Bupati Cianjur, isu pemisahan dan pembentukan Kota Cipanas tersebut hanyalah keinginan emosional orang-orang tertentu demi kepentingan mereka. “Saya yakin isu ini tidak akan berkembang luas,” ujar Bupati Tjetjep. Bupati menambahkan, rencana pemisahan dan pembentukan Kota Cipanas bukan hal yang mudah, karena banyak faktor yang menjadi pertimbangan. Di antaranya, dampak yang akan ditimbulkan dari pemisahan tersebut, seperti persoalan Pendapatan Asli Daerah (PAD).

Sementara itu, Ketua Forum Masyarakat Peduli Cipanas (FMPC) H Hendi mengatakan, pernyataan yang dilontarkan Bupati Cianjur tersebut merupakan salah satu bukti Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Cianjur merasa ketakutan kalau Cipanas dan empat daerah lainnya memisahkan diri dari Cianjur dan membentuk sebuah Pemerintahan Cipanas Kota Mandiri. Menurutnya, program pemisahan Kota Cipanas yang telah digulirkan Panitia Pembentukan Pemerintahan Kota Cipanas Mandiri (P3KC) kembali mencuat ke permukaan sesuai dengan tuntutan jaman.

Kembali dia menjelaskan, masyarakat menginginkan perubahan dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan pelayanan publik, dan merupakan keinginan masyarakat Cipanas sejak tahun 1985. Pada waktu itu, jelas Hendi, masyarakat menginginkan Kota Cipanas menjadi Kota Administratif. Selanjutnya, keinginan tersebut ditindaklanjuti oleh generasi penerus pada tahun 2001, hingga terbentuk P3KC oleh Endang Suryatna.

“Pemekaran Kota Cipanas meliputi lima kecamatan, yaitu Cipanas, Pacet, Sukaresmi, Cugenang dan Cikalong tidak menyalahi konstitusi. Jadi tidak beralasan kalau pernyataan Bupati Cianjur menyebutkan, bahwa pemekaran tersebut hanya keinginan segelintir masyarakat. Namun demikian, itu wajar saja dikatakan oleh seorang bupati karena Cianjur memiliki kepentingan dari Cipanas menyangkut persoalan PAD,” ucap Hendi lagi.

Pendapat yang dikemukakan H Hendi tersebut disambut positif beberapa tokoh masyarakat dan LSM. Ketua gerakan Pemuda Islam (GPI) Kecamatan Cipanas, Solihin S.Ag, mengatakan penekanan aspek pemekaran Kota Cipanas harus segera dilaksanakan dengan meminta restu dari seluruh tokoh di lima kecamatan. Kemudian direalisasikan secara prosedural. Pertama, perlu diadakan dahulu kesepahaman berbagai komponen masyarakat mengenai perlunya pembentukan Kota Cipanas Mandiri, terpisah dari Kabupaten Cianjur, dengan cara mengadakan dialog antar komponen masyarakat Cianjur Utara. Baik dari kalangan parpol, ormas, LSM, organisasi profesi, tokoh ulama, tokoh pemuda dan masyarakat. Kemudian, ditingkatkan kepada sebuah kesepakatan atau kebulatan tekad bersama.

Kemudian Solihin melanjutkan, kedua, pengkajian dan studi kelayakan yang dilakukan oleh para pakar dari berbagai perguruan tinggi. Artinya, DPRD dan bupati perlu merespon aspirasi masyarakat tersebut dengan cara secepatnya membentuk Pansus dan Tim Pengkajian Pembentukan Kota Cipanas.

Hal senada dikatakan Ketua Partai Bulan Bintang (PBB) Kecamatan Pacet-Cipanas, Abah Idi Kamsidi yang menyatakan, Pemerintahan Kota Cipanas perlu diaspirasikan oleh seluruh lapisan masyarakat, khususnya masyarakat Cianjur Utara. Dalam hal ini, perlu direspon dan ditanggapi oleh eksekutif dan legislatif Pemkab Cianjur, sambungnya, apalagi komposisi pimpinan DPRD terdiri dari tokoh-tokoh masyarakat Cipanas. “PAC PBB Kecamatan Cipanas mendukung gagasan pemisahan dan pembentukan Pemerintahan Kota Cipanas bersama-sama komponen masyarakat Cianjur Utara dan lainnya,” katanya lagi.

Pembentukan Kota Cipanas Mandiri juga didukung salah seorang warga yang juga anggota BPD Cipanas, Wildan MS. Ia mendukung pembentukan Kota Cipanas, dengan harapan segala aspirasi masyarakat nantinya dapat diakomodasi Pemerintah Kota Cipanas. Para anggota DPRD Cianjur juga menyetujui pemisahan tersebut. Di antaranya, Dede Sofyanudin dan Toha S.Ag, dari Fraksi PBB, Deden Harismaya dan Isnaeni dari Fraksi Partai Golkar. (Endang S)


Sumber :

http://www.progresifjaya.com/NewsPage.php?judul=Keinginan%20Pembentukan%20Kota%20Cipanas%20Kian%20Bergulir&kategori_tulisan=Nasional

1 April 2006

Pembentukan Kota Cipanas

Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Cianjur mulai membentuk Panitia Khusus (Pansus) Pemekaran Kota Cipanas dari Kabupaten Cianjur, Jawa Barat. Pansus yang beranggotakan 12 orang legislator dari berbagai fraksi itu sudah mulai bekerja dengan membahas beberapa rancangan yang ada dalam draf pemekaran itu. Kendati demikian, belum diputuskan siapa yang menjadi Ketua Pansus tersebut.

Anggota Pansus dari Fraksi Partai Bulan Bintang, Moch. Toha, mengatakan Pansus tersebut bertugas mengkaji aspirasi masyarakat di lima kecamatan, yakni :

1. Cipanas
2. Pacet
3. Cugenang
4. Sukaresmi
5. Cikalongkulon

yang mengajukan pemekaran wilayah.

"Salah satu tugas pansus antara lain mengkaji aspek normatif, mengecek sejauh mana keinginan menjadikan Cipanas sebagai kota itu memang aspirasi murni masyarakat atau hanya sekedar keinginan segelintir orang," ujar Moch. Toha, Kamis (13/3).

Selain itu, Pansus juga akan mempelajari atau melakukan studi banding ke daerah lain yang telah melakukan pemekaran. Tidak hanya itu, kata Toha, Pansus pun akan melakukan pengecekan ke pemerintah pusat. "Dari hasil semua itu, nanti akan muncul rekomendasi apakah Cipanas layak dimekarkan atau tidak," paparnya.

Ketua DPRD Kabupaten Cianjur, Ade Barkah Surahman, yang tercatat sebagai warga Cipanas secara terpisah mengatakan hasil rekomendasi Pansus akan disampaikan kepada Bupati Cianjur. "Apakah rekomendasi hasil kajian Pansus tersebut disetujui atau tidak oleh Bupati, itu kewenangannya. Pansus tidak bisa ikut campur lagi jika telah mengeluarkan rekomendasi dari hasil kajian yang telah dilakukan," kata Ade Barkah.

Dedih Satria Priatna, salah seorang tokoh masyarakat Cipanas, mengatakan apa yang diputuskan DPRD Kabupaten Cianjur dengan membentuk Pansus Pemekaran Cipanas merupakan hal yang positif serta sebuah kemajuan dalam menampung aspirasi masyarakat. Namun, menurut Dedih, pihaknya juga mengingatkan Dewan jangan sampai langsung merespon dengan mengatasnamakan masyarakat semata.

"Kalau Pansus itu dibentuk dengan alasan aspirasi masyarakat, harus dilihat masyarakat mana dulu. Jangan sampai menjadi bumerang bagi Dewan. Sebab, tidak menutup kemungkinan yang mengatasnamakan masyarakat itu ternyata hanya segelintir orang yang mempunyai agenda kepentingan lain," kata Dedih, saat dihubungi terpisah melalui telepon. (DEDEN ABDUL AZIZ)

Sumber :
http://www.majalah.tempointeraktif.com/hg/nusa/2008/03/13/brk,20080313-119170,id.html.
13 Maret 2008

Istana Cipanas

Istana Kepresidenan Cipanas terletak di Desa Cipanas, Kecamatan Pacet, Kabupaten Cianjur, kaki Gunung Gede, Jawa Barat dari sebuah bantunan yang didirikan pada tahun 1740 oleh seorang tuan tanah asal Belanda bernama Van Heots, pada ketinggian 1.100 meter dari permukaan laut, di atas areal lebih kurang 26 hektar dengan luas bangunan sekitar 7.760 meter persegi. Pada tahun 1916, masa pemerintahan Hindia Belanda di bangun tiga bangunan dengan nama Paviliun Yudistira, Paviliun Bima dan Paviliun Arjuna. Pada tahun 1954, di masa Presiden I Republik Indonesia Ir. Soekarno, didirikan sebuah gedung berhiasan batu bertentuk bentol.

Istana ini dibangun dengan keadaan panorama alam yang asri, udaranya bersih, sejuk dengan berlatar belakang Gunung Gede. Dalam areal hutan istana, hingga tahun 2001, menurut Katalog yang disusun secara alfabetis terbitan Istana Kepresidenan berkerja sama LIPI tercatat sebanyak 1.334 spesimen, 171 spesies, 132 marga, serta 61 suku. Selain dengan lingkungan yang asri istana ini juga dialiri air panas. sebagai tempat peristirahatan dan persinggahan Presiden dan Wakil Presiden beserta keluarganya, para kepala negara tetangga yang berkunjung ke Indonesia. Pada tahun 1971, Ratu Yuliana meluangkan waktunya untuk singgah.


Gedung Bentol

Gedung Bentol terletak di belakang Gedung Induk berada di lereng gunung, maka bangunan ini berdiri lebih tinggi dari pada bangunan-bangunan yang ada, merupakan produk dua arsitek anak bangsa,

RM.Soedarsono dan F. Silaban. Sekelilingnya amat hening, sunyi dan sepi, suasana ini yang oleh Presiden Soekarno, dipakai untuk menyusun berbagai rencana dan strategi membawa bangsa ini yang dikorbarkannya dalam pidato kenegaraan, pada setiap peringatan hari proklamasi.


Pemandian Air Panas Presiden

Di bagian belakang Gedung Induk, masih terdapat bebarapa bangunan, namun yang paling besarperanannya terhadap keberadaan Istana Kepresidenan

Cipanas adalah sumber air panas yang mengandung mineral. Maslahatnya bagi kesegaran dan kebugaran raga memang sanga alami, oleh karena itu, untuk menampung limpahan air dari sumber alam tersebut didirikan dua buah bangunan pemandian, yaitu bangunan dikhususkan untuk mandi Presiden dan Wakil Presiden beserta keluarganya, dan yang satu lagi lebih besar diperuntukan rombongan yang menyertai Presiden dan Wakil Presiden.


Sumber :
http://www.indonesia.go.id/id/index.php?option=com_content&task=view&id=124&Itemid=99

Sasakala Istana Cipanas

Sasakala berasal dari bahasa Sunda yang berarti riwayat atau sejarah, jadi Sasakala Istana Cipanas artinya sejarah berdirinya Istana Cipanas. Kata cipanas berasal dari bahasa Sunda; ci atau cai artinya air, dan panas yaitu panas dalam bahasa Indonesia. Kata tersebut menjadi nama sebuah desa, yakni Desa Cipanas karena di tempat ini terdapat sumber air panas yang mengandung belerang.

Istana Kepresidenan Cipanas bermula dari sebuah bangunan yang didirikan pada tahun 1740 oleh pemiliknya pribadi, seorang tuan tanah Belanda bernama Van Heots. Namun pada masa pemerintahan Hindia- Belanda, tepatnya mulai pemerintahan Gubernur Jenderal G.W. Baron van Imhoff (1743), karena daya tarik sumber air panasnya, dibangun sebuah gedung kesehatan di sekitar sumber air panas tersebut. Kemudian, karena kharisma udara pegunungan yang sejuk serta alamnya yang bersih dan segar, bangunan itu sempat dijadikan tempat peristirahatan para Gubernur Jenderal Belanda. Sejak didirikannya pada masa pemerintahan Belanda, Istana Kepresidenan Cipanas difungsikan sebagai tempat peristirahatan dan persinggahan. Akan tetapi sekeliling alamnya yang amat indah menjadi daya tarik tersendiri bagi para pengunjungnya, sehingga pada masa pemerintahan van Imhoff itu, tempat persinggahan/peristirahatan sempat beralih fungsi.

Karena kekuatan sumber air panas yang mengandung belerang itu dan karena udara pegunungan yang sejuk dan bersih, tempat ini pernah dijadikan gedung pengobatan bagi anggota militer Kompeni yang perlu mendapat perawatan. Komisaris Jenderal Leonard Pietr Josef du Bus de Gisignies, misalnya, tercatat yang paling senang mandi air belerang itu. Demikian pula halnya dengan Carel Sirardus Willem Graaf van Hogendorp, sekretarisnya (1820-1841). Selain itu Herman Willem Daendeles (1808-1811) dan Thomas Stanford Raffles (1811-1816) pada masa dinasnya menempatkan beberapa ratus orang di tempat tersebut; sebagian basar dari mereka bekerja di kebun apel dan kebun bunga serta di penggilingan padi, di samping yang mengurus sapi, biri-biri, dan kuda.

Secara fisik, sejak berdirinya hingga kini, perjalanan riwayat Istana Cipanas banyak berubah. Secara bertahap, dari tahun ke tahun, istana ini bertambah dan bertambah. Mulai dari tahun 1916, masih pada masa pemerintahan Hindia-Belanda, tiga buah bangunan berdiri di dalam kompleks istana ini. Kini ketiganya dikenal dengan nama Paviliun Yudhistira, Paviliun Bima, dan Paviliun Arjuna.

Sembilan tahun kemudian, tepatnya pada tahun 1954 di masa dinas Presiden I Republik Indonesia, Soekarno, didirikan sebuah bangunan mungil, terletak di sebelah belakang Gedung Induk. Berbeda dari gedung-gedung lainnya, sekeliling dinding tembok luar serta pelataran depan dan samping bangunan ini berhiaskan batu berbentuk bentol. Dengan mengambil bentuk hiasan tembok serta pelatarannya itulah, nama gedung ini terdengar unik, yaitu Gedung Bentol. (Bentol dari bahasa sunda; padanannya dalam bahasa Indonesia bentol juga, seperti bekas gigitan nyamuk).

Dua puluh sembilan tahun kemudian, tepatnya pada tahun 1983, semasa Presiden II Republik Indonesia, Soeharto, dua buah paviliun lainnya menyusul berdiri, yaitu Paviliun Nakula dan Paviliun Sadewa. Istana Kepresidenan Cipans juga pernah difungsikan sebagai tempat tinggal keluarga oleh beberapa keluarga Gubernur Jenderal Belanda. Yang pernah menghuni bangunan itu adalah keluarga Andrias Cornelis de Graaf (yang masa pemerintahannya 1926 -1931), Bonifacius Cornelius de Jonge (1931), dan yang terakhir, yang bersamaan dengan datangnya masa pendudukan Jepang (1942), adalah Tjarda van Starkenborg Stachourwer.

Setelah kemerdekaan Indonesia, secara resmi gedung tersebut ditetapkan sebagai salah satu Istana Kepresidenan Republik Indonesia dan fungsinya tetap digunakan sebagai tempat peristirahatan Presiden atau Wakil Presiden Republik Indonesia beserta keluarganya. Istana Kepresidenan Cipanas ini juga mencatat peristiwa penting dalam sejarah garis haluan perekonomian Indonesia, yaitu bahwa pada tanggal 13 Desember 1965, Ruang Makan Gedung Induk, pernah difungsikan sebagai tempat kabinet bersidang dalam rangka penetapan perubahan nilai uang dari Rp1.000,00 menjadi Rp1,00, tepatnya pada masa Presiden Republik Indonesia Soekarno dan pada waktu Menteri Keuangan dijabat oleh Frans Seda.

Sesuai dengan fungsi Istana Kepresidenan Cipanas, tidak digunakan untuk menerima tamu negara. Namun, pada tahun 1971, Ratu Yuliana pun meluangkan waktunya untuk singgah di istana ini ketika berkunjung ke Indonesia.


Sumber :
http://www.ripiu.com/article/read/sasakala-istana-cipanas